Minggu Padat : Suara Rakyat? (Part 2)

19.57

Uh, ini udah ketinggalan banget. Tapi demi kontinuitas, harus tetep gua lanjutin. Sorry ya lama banget baru muncul lanjutannya, maafkan sifat procrastinator gua.

Oh ya, gua waktu aksi lagi ga punya kamera (sekarang juga belom sih) jadi expect long wall of text. Dan tulisan ini murni dari pandangan gua yang awam, jadi kalo ada salah atau apa, sebut aja di komen yak ._.

Waktu itu gua masih jadi border sama Ical dan Adlian, dan masih ngenes kuping pengang gara-gara berada di depan speaker mobil sound. Untungnya yang lagi orasi pengen membakar semangat, minta border berputar-putar sambil nyayi totalitas perjuangan. Yey! Akhirnya gua pindah tempat!

Pindah posisinya pada akhirnya ga jauh dikit, masih tetep membelakangi gedung DPR. Nah, setelah Umar orasi, mulai ada yang aneh. Entah dari fraksi mana, ada teriakan-teriakan "Woy ngapain pada disini??", "Woy maju dong, gedung DPR di sana, masih jauh!", "He pengecut, banci lu semua!", dan sejenisnya. Intinya marah-marah minta massa aliansi mahasiswa mendekat ke gedung DPR. Reaksi gua : "Wow". Ini toh yang namanya provokasi. Massa aksi, terutama yang bukan UI, mulai kebingungan, ada yang mencoba bergerak mendekat ke pager gedung DPR. Untungnya border-border ngerti dan tetap diam di tempat, nunggu instruksi dari komando utama, yaitu yang berada di atas mobil sound. Komando juga mengingatkan bahwa komando utama hanya ada di mobil sound. Massa kembali tenang.



Tapi apa daya, komando mobil sound direbut secara paksa. Gua ga liat langsung, tapi katanya yang diatas mobil sound ditodong sama tongkat kayu gitu dari bawah, nuntut minta orasi juga. Akhirnya komando dari mobil sound berubah..

"Untuk semua massa aksi! Melangkah menuju gedung DPR! 5 LANGKAH REFORMASI, JALAN!"

Massa aksi kebingungan. Ka Azhar, wakil ketua BEM UI sekaligus pemegang komando lapangan, mengangkat jempolnya ke arah border sambil berjalan mengelilingi border. "Ikutin aja dulu!". Akhirnya massa aksi bergerak. Ngeliat mobil sound yang udah dikuasai beberapa orang yang bener-bener gua ga tau lagi itu  siapa, kelihatannya tampang mereka, walau berusaha terlihat sangar, terlihat seneng-seneng licik. Gak puas sepertinya, komando dari mobil sound berubah sedikit

"Maju! 5 LANGKAH REVOLUSI, JALAN!!"

Wuidih, langsung main revolusi aja nih anak. Tapi apa daya, ikutin aja dah. Setelah beberapa kali perintah begituan, massa aksi mahasiswa akhirnya semakin dekat dengan gerbang gedung DPR. Sekeliling udah ada banyak mahasiswa-mahasiswa gaje yang nyuruh-nyuruh ngedeket gedung DPR. Dari yang gua liat, ada dari UI, UNPAD, sama ITB. Dan pas gua liat yang make jaket kuning UI.. sip, di lengan kiri jakunnya ada emblem persegi panjang oranye bertuliskan "FAM ☆ UI, Front Aksi Mahasiswa". Naini dalangnya.

Sebenarnya FAM udah ada dari sekitar jam 11 lewat. Mereka sempat memanjat pagar gedung DPR buat menaruh berbagai macam poster penolakan dan bendera. Entah dari FAM atau bukan, tapi semenjak mereka dateng juga tiba-tiba ada orang-orang random, yang sepertinya bukan dari massa aksi buruh, melakukan vandalisme dengan mencoret-coret dinding gerbang gedung DPR. Pas pulang sholat dzuhur juga gua denger sempet ada bentrok mahasiswa dan buruh, dan terjadi bakar ban. Yap, katanya sih itu ulah FAM. Masih katanya ya, ga berani menegaskan soalnya ga liat langsung.

Setelah massa aksi sudah sangat dekat dengan gerbang, akhirnya perintah ga jelas itu berhenti. Dari pihak FAM dan temen-temennya mulai berorasi. Dan sangat jelas perbedaan antara orasi dari FAM dan dari massa aksi mahasiswa, kalau orasi FAM bener-bener panas. Bukan karena membakar semangat, tapi karena bikin pengen banget buat nurunin orang yang lagi orasi. Orasinya ofensif mengarah ke ejekan dan hinaan untuk presiden, DPR, dan polisi.

Pas lagi mereka orasi, sebagian besar massa aksi FAM berkumpul dan membuat barisan di belakang kami, dengan formasi memanjang. Kalo kata Ical mah "Wah ini sih taktik perang Sun Tzu! Ngebuat barisan panjang biar pasukan yang sedikit bisa keliatan banyak dan sangar!". Kalo gua sendiri pengen teriak "ANJ*** PENGECUT LU BIKIN BARISAN DI BELAKANG PADAHAL TADI NYURUH-NYURUH KEDEPAN!!!". Tapi gua inget dengan prinsip 'jangan terprovokasi', serta mengingat badan gua yang kurus dan perawakan gua yang cupu, kalo gua teriak gituan pasti gua bakal sholat ashar di rumah sakit, atau setidaknya dikira orang gila karena suara gua yang ga jelas dan ga bisa kenceng ini.

Nah, sangat panas saat orasi dari seorang perempuan berkerudung biru. Gak seperti penampilannya yang berkerudung, orasinya merupakan orasi paling gak intelek. "ORANG-ORANG BAJI**AN YANG DUDUK DI GEDUNG DPR SANA MERUPAKAN PARA PENJILAT PAN*** SBY!!!". Jir, gua kesel banget soalnya selain mencoreng nama baik mahasiswa sia juga ngerusak citra islam. Sambil dia teriak-teriak orasi menghina pemerintah dan mengagung-agungkan buruh dan petani (know something similiar? yep, komunis) perintah maju 5 langkah revolusi terus dikumandangkan. Massa aksi mahasiswa ga maju, tapi massa aksi FAM semakin maju dan mulai menghimpit kita. Situasi bener-bener udah panas. Di luar border ada beberapa massa FAM yang berpencar, berusaha memprovokasi massa mahasiswa untuk maju. Border yang udah mulai gak tahan akhirnya loncat-loncat sambil nyanyi-nyanyi "HATI-HATI, HATI-HATI, HATI-HATI PROVOKASI!!". FAM semakin menghimpit massa, dan massa ga bisa pergi soalnya di depannya ada pagar gerbang DPR.

Teori konspirasinya sih : FAM menghimpit kita, akhirnya dengan fodder massa aksi mahasiswa FAM menerobos masuk, dan karena massa aksi mahasiswa di depan, yang pertama digebukin sama polisi ya yang mahasiswa. Citra di media semakin rusak, badan bonyok, FAM senang.

Tapi pertolongan datang tanpa diduga : Adzan Ashar. Dengan sigap ka Azhar langsung kembali ambil komando di mobil sound, "Yak, kita break dulu sholat ashar, silahkan massa akhir untuk bubar dahulu". Wow, sebuah jalan keluar yang benar-benar tak terduga! Akhirnya massa aksi bubar menuju masjid kemenhut. FAM akhirnya bergerak sendiri.

Nah, dari sini akhirnya massa aksi mahasiswa mengambil keputusan. Pulang, kecuali beberapa yang masih mau nungguin teman-teman yang masih di dalam gedung DPR. Yap, massa aksi dibubarkan, menghindari kerusuhan. Adlian pulang, gua sama Ical masih mau nungguin kadep kastrat kita tercinta, Amin, yang masih ada di dalam gedung DPR, nyimak anggota DPR bersenda gurau memperdebatkan masalah kenaikan harga BBM untuk kepentingan rakyat. Semua sisa massa aksi ngumpul dengan fakultasnya masing-masing. Fasilkom cuma gua, Ical, dan Ka Niken yang bagi-bagi roti gratis, memang sangat mengerti bahwa mahasiswa itu mudah lapar tapi gak ada duit.

Dari sini di depan gedung DPR udah kacau. Mahasiswa selain FAM udah gak demo lagi, cuma berdiri di pinggiran massa aksi sisa, menunggu teman-teman yang di dalam. Yah, udah ga ada apa-apa lagi sih. Maghribnya Ka Niken pulang, gua sama Ical gabung dengan mahasiswa sisa yang masih menunggu teman-temannya. Dan pas mau nyari makan bareng, pas sampai tikungan dari kemenhut ke gedung DPR, sudah terdengar suara-suara ledakan-ledakan. "Polisinya tahun baru duluan!", ujar seorang pedagang kaki lima yang lewat menjauhi gedung DPR. Dan benar saja, dari kejauhan terlihat di depan gedung DPR sudah penuh dengan kabut gas air mata dan water cannon menyemprotkan air ke arah massa. Suasana sudah ricuh, semua massa berlarian menjauhi gedung DPR. Gua lihat ada massa aksi FAM yang bawa temennya yang terlihat terluka. Untungnya ambulans sudah siap menunggu.

Akhirnya mahasiswa sisa ikut pergi, sembari mencari warteg untuk makan dan nonton tv, menonton anggota DPR yang saling mencibir dan menyindir anggota DPR kayak anak kecil lagi berantem sidang paripurna. Hasilnya? Mengecewakan, seperti biasa. Kita cuma bisa berdoa untuk masa-masa kedepan.

Mungkin yang nonton di rumah lebih tau bagaimana kerusuhan dimulai, bagaimana rusuhnya, yang katanya ada yang lempar molotov, dan lain-lain. Tapi ada satu hal yang penting disini : itu bukan ulah buruh ataupun massa aksi aliansi mahasiswa. Mahasiswa sudah bubar dan buruh berdemo dengan rapih. Mungkin banyak masyarakat yang mengira mahasiswa cuma mau rusuh dan aksi sudah gak ada gunanya. Tapi pada kenyataannya kami gak begitu, kami mengkaji, memberi solusi, dan menyampaikannya dengan aksi sesuai dengan cara rakyat bersuara di negara demokratis.

Kata yang sering diucapin sih "Aksi tidak menjanjikan perubahan, tapi teidak ada perubahan tanpa aksi"

Memang masih banyak cara untuk beraksi, tapi bukankah turun ke jalan adalah salah satunya?

You Might Also Like

0 komentar

When you think 11 and 12 is close, remember that there is infinite real numbers between them

Still, it's close enough
Diberdayakan oleh Blogger.